7 Catatan Natal

[Sejak awal Adven ulasan Injil Minggu tidak lagi dikirim ke milis Provindo, kecuali tulisan dengan tema khusus seperti kali ini. Nostri yang juga ada dalam milis Peminat mendapat dobel. A.G.]

TUJUH  CATATAN  HARI  NATAL

Rekan-rekan,
Kapan dan di manakah Yesus lahir? Mengherankan bahwa pertanyaan seperti ini muncul. Kan sudah lama dipercaya ia lahir 2022 tahun yang silam, tepatnya dinihari 25 Desember 0000, di sebuah gua yang dipakai sebagai kandang ternak dan dibaringkan di palungan, seperti terlihat pada gua Natal! Dan ini yang dirayakan orang. Tapi bagaimana Injil menceritakan perihal kelahirannya dan bagaimana kita dapat memahaminya?

1. LHO KOK BOLAK BALIK LAHIR!

Dikisahkan dalam Mat 2:19 dst. bagaimana Yesus dibawa kembali ke tanah suci segera sesudah Herodes mati. Menurut perhitungan sejarah, raja ini meninggal pada tahun 3 atau, bahkan tahun 4 sebelum Masehi. Bila rujukan kepada Herodes dalam Matius diikuti, Yesus setidak-tidaknya lahir 4 tahun sebelum tahun 0.

2. BINTANG BETLEHEM REKAAN  MATT?

Injil Matius juga memuat kisah para Majus yang melihat bintang terang (Mat 2:2 dan 9-10). Pernah diperkirakan bahwa kejadian ini berkenaan dengan planet Yupiter dan Saturnus yang pada waktu itu tampak amat dekat sehingga kelihatan lebih terang. Dapat dihitung, “konjungsi” planet seperti itu terjadi pada tahun 7 sebelum Masehi. Tetapi beberapa ahli astronomi kini berpendapat bahwa sekalipun ada konjungsi, kedua planet itu tidak cukup dekat sehingga kelihatan sebagai satu benda angkasa yang luar biasa terangnya

Ada saran lain, seperti yang didasarkan pada catatan para ahli perbintangan di Cina dulu bahwa antara tahun 5 dan 4 Masehi muncul bintang baru – kejadian ini kini dikenal sebagai terjadinya “supernova”. Apakah peristiwa astronomi ini melatari kisah para Majus dalam Injil Matius? Seandainya benar, paling tidak kejadian ini tidak menyangkal pemberitaan mengenai kematian Herodes yang diuraikan di atas. Alhasil, Yesus tetap lahir beberapa tahun, paling tidak 4 tahun sebelum tahun 0.


3. INGATAN LUC RANCU?

Lebih lanjut dalam Luk 2:1-7 diceritakan bagaimana Yesus lahir di Betlehem, kota kecil di selatan Yerusalem, ketika Yusuf dan Maria di sana untuk memenuhi sensus atau cacah jiwa yang dikenakan oleh Kirenius, gubernur Siria. Tapi menurut catatan sejarah, Kirenius baru diangkat gubernur Siria oleh kaisar Agustus pada tahun 6 Masehi dan sensus yang diwajibkannya tidak terjadi sebelumnya. Bila begitu maka kelahiran Yesus baru terjadi paling awal pada tahun 6! Memang Kirenius mengadakan sensus besar yang mengakibatkan pemberontakan pada tahun 6 atau 7 (lihat Kis 5:37). Apakah dalam mengisahkan kelahiran Yesus ini Lukas merancukannya dengan sensus yang terjadi jauh kemudian ini? Atau ungkapan “inilah pendaftaran yang pertama kali diadakan Kirenius” merujuk kepada sebuah sensus jauh sebelum itu?

Bagaimanapun juga, gagasan ini terbentur pada pernyataan bahwa sensus ini dilakukan Kirenius yang baru diangkat gubernur pada tahun 6 tadi. Kirenius memang sudah diangkat menjadi konsul Romawi – bukan gubernur Siria – pada tahun 12 sebelum masehi oleh Kaisar Agustus dan ditugasi ikut mengurus wilayah timur di kekaisarannya, termasuk Tanah Suci. Boleh jadi selama bertugas inilah Kirenius mengadakan pencatatan penduduk “yang pertama kali” yang disebut Lukas tadi. Jadi Lukas hanya kurang tepat dalam menyebut kedudukan Kirenius. Memang tak ada catatan sejarah lain tentang sensus ini kecuali yang disebut Lukas, walau tidak bisa dikatakan tak mungkin terjadi. 

4. KIRA-KIRA USIANYA 30 TAHUN…

Nanti dalam Luk 3:23 ditegaskan bahwa Yesus berumur “kira-kira 30 tahun” ketika mulai tampil di muka umum. Ia tentunya muncul setelah Yohanes Pembaptis yang menurut Luk 3:1 mulai dikenal umum pada tahun ke-15 pemerintahan Kaisar Tiberius, maksudnya, tahun 29 masehi. Bila demikian maka Yesus kiranya lahir sebelum tahun 0. Injil Lukas memang tidak banyak membantu menentukan kapan Yesus lahir tetapi tidak juga menyangkal rujukan yang diberikan Matius yang pada dasarnya menyarankan selambat-lambatnya tahun 3 sebelum Masehi Yesus sudah ada sebagai bayi.

5. DI MANA SIH  GUA DAN KANDANG ITU?

Matius dan Lukas memang sama-sama menyebut Betlehem sebagai tempat kelahirannya. Tapi kedua Injil itu tidak mengatakan Yesus lahir di kandang, apalagi di gua. Dalam Luk 2:7 dikatakan Yesus dibungkus lampin dan ditaruh di palungan, karena tak ada tempat di “rumah penginapan”. Kata palungan memberi kesan ia lahir di kandang. Tetapi ini hanya kebetulan. Yang menjadi soal ialah pemberitaan bahwa tidak ada tempat bagi mereka di “rumah penginapan”, Yunaninya “katalyma”. Tapi terjemahan kata Yunani itu sebagai rumah penginapan tidak tepat. Malah bisa ditegaskan, yang dimaksud bukan pondok, losmen atau rumah penginapan. Untuk rumah penginapan Lukas sendiri memakai kata Yunani “pandokheion”, ada hubungan dengan kata Indonesia pondokan; lihat Luk 10:34, tempat orang Samaria yang baik hati membawa orang yang malang dalam perumpamaan itu.

Kata Yunani “katalyma” merujuk pada ruang serbaguna yang dapat dipakai tidurtamu atau sanak atau keperluan khusus di sebuah rumah. Lihat misalnya Luk 22:11, di situ kata “katalyma” menunjuk pada bagian atas rumah orang yang dipakai tempat makan Paskah bersama para murid. Bila dikatakan tidak tersedia lagi “katalyma” di tempat tinggal sanak yang didatangi Maria dan Yusuf, boleh jadi karena rumah itu memang sudah penuh dengan sanak saudara lain yang berdatangan sehubungan dengan sensus tadi. Maka pada malam-malam itu Maria dan Yusuf menginap tidak di rumah seorang kenalan dekat atau sanak melainkan di tempat umum yang dapat dipakai tinggal sementara bersama orang-orang lain yang datang bagi keperluan yang sama, misalnya los pasar atau pelataran rumah Camat Betlehem! (Kita bayangkan saja tempat darurat para pengungsi tinggal di waktu ada bencana.) Di situ tersedia fasilitas yang paling diperlukan, termasuk tempat tambatan kuda atau keledai dan palungan sementara. Inilah latar Luk 2:7 yang menyebutkan Yesus dibungkus lampin dan dibaringkan di palungan karena tak ada tempat di rumah sanak atau kenalan yang biasa dipakai menginap.

Dengan demikian tidak perlulah dibayangkan Yusuf dan Maria terlunta-lunta ditolak dari rumah ke rumah dan hanya menemukan sebuah gua tempat meneduh gembala dan hewan. Justru di dekat mereka ada banyak orang lain. Mereka ini nanti akan keheranan mendengar cerita para gembala tentang malaikat yang menampakkan diri memberitahukan kelahiran juru selamat dan menyuruh mereka bergegas ke Betlehem menemuinya di tempat umum tadi. Orang-orang di situlah yang mendengar dari para gembala bahwa bayi inilah sang Penjelamat. Tentunya keluarga kecil ini sebentar kemudian bisa pindah ke sebuah rumah kenalan karena para tamu lain sudah pergi. Maria yang baru melahirkan tentunya perlu istirahat dan tinggal lebih lama. Inilah latar yang menjelaskan kisah Matius tentang kedatangan para Majus. Menurut Mat 2:11, setelah melihat bintang berhenti, para Majus masuk “ke dalam rumah itu”, Yunaninya “eis ten oikian”. Tidak perlu dianggap bahwa mereka menemukan keluarga kecil ini langsung setelah Yesus lahir. Selang beberapa hari setelah kelahiran, Maria dan Yusuf beserta sang bayi dapat tinggal di rumah kenalan. Inilah “rumah” yang dikunjungi para Majus. Jadi Injil tidak berbicara mengenai kandang, apalagi gua.

6. KAPAN GUA MULAI DIKENAL ?

Kapan orang mulai menggambarkan kelahiran Yesus di sebuah gua? Yustinus sang Martir (abad ke-2; dalam tulisannya “Dialog dengan Trifo” [nama orang Yahudi]) menyebutkan sebuah kisah tentang Yusuf dan Maria bermalam di gua karena tak mendapatkan tempat menginap. Begitu dapat disimpulkan bahwa pada abad ke-2 sudah ada tradisi gua Natal yang menggambarkan Yesus sang bayi berada di palungan di sebuah gua dikelilingi hewan dan dikunjungi para Majus. Seperti banyak tradisi lain mengenai kanak-kanak Yesus tradisi ini ada nilainya sendiri, terutama dalam menunjukkan perhatian yang makin besar di kalangan masyarakat mengenai peristiwa ini sendiri. Tetapi kiranya tidak sempat masuk dalam Kitab Suci atau tidak cukup umum sehingga termasuk dalam kisah Injili.

7. LHO KOK “25 DESEMBER”?

Perayaan kelahiran Yesus tanggal 25 Desember cepat merakyat karena bertepatan dengan pesta umum musim dingin di masyarakat Romawi dalam merayakan “Hari Kelahiran Matahari Jaya” (Dies Natalis Solis Invicti) pada tanggal itu. Pada mulanya tidak selalu dianggap cocok merayakan kelahiran Yesus berbarengan dengan pesta ini karena hubungannya dengan kebiasaan orang bukan kristen tadi. Baru pada abad 4 mulai mantap dirayakan hari Natal di wilayah kekaisan Romawi di Barat. Juga mulai diberikan penjelasan yang khusus menyangkut kelahiran Yesus sendiri. Sejarawan Sextus Julius Africanus, dalam sebuah tulisannya pada tahun 221, menyebutkan bahwa tanggal 25 Desember dirayakan sebagai hari kelahiran Yesus dihitung sembilan bulan dari hari raya Kabar Sukacita malaikat Gabriel kepada perawan Maria (25 Maret), yakni saat Yesus dikandung dari Roh Kudus. Di wilayah kekaisaran Romawi di timur (Bizantium), kelahiran Yesus hanya dirayakan dalam hubungan pesta Penampakan Tuhan (Epifani) tanggal 6 Januari, seperti yang terjadi di Gereja Timur hingga hari ini.

Selamat Natal

A. Gianto

PS: Apakah catatan-catatan ini menyingkirkan gua Natal? Mudah-mudahan tidak. Sayang bila kreasi seni dan kado-kado yang menghampar di situ terlantar karena tujuh catatan di atas. Pengetahuan bukan berarti membuang kebiasaan yang sudah lama dihidupi, melainkan memperkaya batin. Barusan saya tanya Luc, kalau ia menyiapkan edisi kedua Injilnya, apa akan menambah Luk 2:7 dengan alusi kepada pohon Natal segala. Setelah puas menghirup teh hibiscus, ia mengangguk lalu menunjuk ke arah Matt yang gemuk-gemuk simpatik itu, bisiknya mbeling: Sinterklaas!